Dulu, aku sering membaca tulisan di blog para ibu tentang pengalaman persalinan dan menonton vlog bersalin. Sekarang, setelah anakku akhirnya lahir, aku juga akan membagikan pengalaman mengenai hari yang penuh cinta itu.
Rabu, 13 September 2017
Pagi itu, sudah H-1 dari tanggal perkiraan kelahiran tapi masih belum terasa apa apa. Hanya kontraksi palsu (rasanya seperti akan menstruasi) yang timbul tenggelam, itupun tidak mengganggu. Siang itu, aku kontrol ke bidan seperti biasa (memang jadwal kontrolku setiap Rabu).
Disana, bidan mengecek posisi kepala janin yang sebenarnya sudah mapan dan bersiap di depan panggul (walaupun belum terlalu masuk panggul), namun mungkin ukuran bayinya besar sehingga masih kesulitan mencari jalan lahirnya. Akhirnya, aku diberikan obat dua butir. Katanya untuk melunakkan jalan lahirnya. Butir pertama langsung diminum saat itu juga dengan cara dihisap di bawah lidah. Biasanya, jika memang bayinya sudah mau lahir, obat itu akan langsung bekerja dan memicu kontraksi dalam 3-4 jam. Namun, jika memang bayinya belum saatnya lahir, obat itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Siang itu pukul 11.00 WIB aku langsung meminum butir pertama. Kata bidan, jika tidak bereaksi, maka diminum lagi satu butir besok pagi. Jika belum juga ada kemajuan, kembali lagi kontrol hari Jum'at. Bidan juga menyarankan untuk perbanyak melakukan gerakan jongkok, "induksi alami", dan jalan kaki.
Ternyata, pukul 13.00 WIB sudah mulai terasa kontraksi. Tapi masih belum kuat, sehingga aku masih bisa sambil jalan jongkok, "induksi alami" dan melakukan usaha-usaha lainnya. Pukul 15.00 WIB kontraksi semakin kuat, aku sudah tidak lagi melakukan banyak aktivitas. Setelah itu, lebih banyak di kasur sambil menahan sakit. Hari itu, seharusnya suami ada pekerjaan pukul 19.00 WIB, tapi dicancel karena mau menemaniku yang sudah mulai merasakan kontraksi.
Aku sering baca tentang kontraksi melahirkan. Katanya awalnya interval antar kontraksi 15-20 menit, kemudian semakin bertambah dekat seiring waktu dan apabila interval sudah konstan 5 menit sekali, disarankan untuk cek ke tempat bersalin. Rasa kontraksinya juga semakin lama semakin kuat. Tapi yang aku alami berbeda. Kontraksi yang kurasakan sejak awal intervalnya sudah 3 menit. Rasa sakitnya pun masih bisa kutahan. Selain itu, aku belum mengalami flek (keluar lendir darah) sehingga aku masih ragu akan melahirkan atau belum.
Pukul 21.00 WIB malah suami yang khawatir dan mengajak ke bidan, padahal aku masih ragu. Tapi dia meyakinkan "Mungkin nggak semua orang keluar lendir darah dulu. Ayo coba periksa dulu, kalau nanti pulang lagi juga gak apa apa". Akhirnya aku, suamiku, dan mamaku ke bidan sambil sudah membawa perlengkapan melahirkan yang sudah lama di-packing. Disana, bidan langsung melakukan periksa dalam dan ternyata sudah ada lendir darah dan aku sudah pembukaan 2. Kami lalu ditawari untuk menginap atau pulang dulu, tapi kami memilih menginap.
Malam itu, aku dan suamiku sudah tidak bisa tidur. Hanya bisa merem-merem sebentar setiap jeda kontraksi (3 menit). Setiap kontraksi datang, suamiku memijit punggungku. Pukul 03.00 WIB entah kenapa aku mual muntah. Bersamaan dengan itu, ada cairan yang keluar dari vagina. Kami langsung memanggil bidan. Rupanya cairan itu adalah air ketuban yang merembes. Aku langsung pindah ke ruang bersalin, dan setelah dicek ternyata pembukaan sudah bertambah menjadi bukaan 4. Saat itu, suamiku dan mamaku takut karena air ketuban sudah rembes duluan. Bidan menawarkan untuk induksi, tapi aku masih takut karena sering baca bahwa induksi sakitnya tanpa jeda dan lebih sakit. Akhirnya, bidan menawarkan untuk induksi tapi dengan dosis yang rendah terlebih dahulu. Akupun setuju, kemudian infus dipasang.
Tidak lama setelah itu, aku kembali mual muntah sehingga semakin banyak air ketuban yang keluar. Saat itu aku khawatir dan memikirkan keselamatan bayiku, sehingga aku beranikan diri bilang ke bidan "Mba, induksinya dosis penuh aja nggak apa-apa". Dimulai sejak saat itu, kontraksi memang lebih kuat dan jedanya sangat singkat. Ba'da Subuh, rasanya aku sudah setengah sadar dan tidak bisa berpikir jernih saking sakitnya. Hanya bisa mencoba bernapas sambil meremas tangan suami. Bidan bilang, kemungkinan lahir jam 09.00 WIB. Aku rasanya sudah tidak tahan kalau harus menunggu jam 09.00 WIB. Tapi Alhamdulillah, jam 6 pagi rupanya sudah pembukaan 8. Yeay 2 lagi! Kurang beberapa menit dari jam 07.00 WIB akhirnya diperbolehkan mengedan. Ini dia yang aku tunggu-tunggu. Aku sangat optimis karena sudah berlatih saat senam hamil. Akhirnya proses mengedan pun berjalan singkat dan lancar. Anakku, Musa Ali Arzan, lahir ke dunia pada pukul 07.10 WIB. Tangisannya pecah, kemudian ia langsung diletakkan di dadaku. Aku langsung mendekapnya, ia tenang, berhenti menangis. Suamiku langsung memelukku dan kami menangis haru atas kelahiran Musa. Setelah itu, Musa dibawa pergi untuk dipakaikan baju dan ditimbang. Rupanya beratnya 4,2kg! Semua yang ada di ruang bersalin kaget. Alhamdulillah Allah beri aku kekuatan untuk melahirkan si bayi besar secara normal. Setelah itu, dilakukan proses jahit-menjahit yang terasa lamaaaa sekali. Pasti aku mendapat banyak jahitan karena melahirkan bayi 4,2kg.
Oia, saat itu dilakukan Lotus Birth, yaitu ari-ari bayi dibiarkan menempel dengan plasenta (belum diputus). Biasanya hal ini dilakukan hingga puput sendiri, namun dengan alasan higienitas, jadi di sana hanya dilakukan selama 24 jam. Saat itu aku belum tau tentang ini, jadi ya nurut-nurut saja.
Alhamdulillah, akhirnya anakku terlahir normal dan sehat tepat pada HPLnya. Sekarang saatnya menjalani fase kehidupan yang baru. Semoga aku bisa melaksanakan tanggung jawab ini dengan baik :)